Nama aku runi, saat ini usiaku
14tahun sekarang aku siswi SMP yang
sebentar lagi menjadi siswi SMA. Aku anak yang lumayan pemalu dan pendiam,
sampai ketika aku mngenal Safir, ya dia adalah temanku. Aku kenal safir
sebenarnya sejak pembagian kelas baru, karena kebetulan absen dia dibawah
namaku jadi aku ingin mengetahui yang mana manusia bernama Safir itu, dulu aku
menyebut dia sihitam manis dan cowok jutek, tapi sejak aturan baru oleh wali
kelas yang mengharuskan murid berubah tempat duduk itu lah aku lebih
mengenalnya, saat itu aku menangis karena aku tidak biasa duduk dibelakang,
tapi teman-teman malah mengejekku dan dia juga ikut tersenyum saai itu, sejak
itu aku mulai membenci dia.
Rasa ini semakin hari makin besar
dan kuat, aku sulit menghapusnya. Tibalah saat teman-temanku mengetahui aku
sering sms dia mereka mulai memberitahukan kepada teman-teman lain padahal aku
heran darimana mereka tau aku sering sms dia. Ternyata dari teman cowok itu.
Dasar jahat.
Sejak itu aku mulai menjauhinya,
aku malu jika mereka menggodaku. Sungguh aku tidak ingin menjauhinya tapi mau
bagaimana lagi aku bingung harus bagaimana. Aku sedih dia tidak menegurku lagi,
dia malah menyapa teman sebangku aku terus, menanyakan dapat nilai berapalah,
dan macammacam dah, sedangkan aku tidak pernah dihirau lagi, walau dia masih
balas sms dariku.
Aku benci teman-teman yang
membuatku menjauhinya, aku benci semuanya, aku kangen saat dia bercerita, aku
kangen saat belajar bersama dan aku kangen saat dia jahil melempariku dengan
patahan lidi-lidi itu, AKU KANGEN DIA. Semuanya tentangnya.
Semakin hari dia dan aku semakin
jauh, bahkan bisa disebut tidak saling kenal lagi. Aku memendam rasa ini selama
lebih dari 4 tahun, selama itu pula aku harus menerima kenyataan dia tidak
pernah menyukaiku. Pernah aku coba mengungkapkan rasa ini walau Cuma lewat sms,
panjang lebar aku tulis semua tentang rasa ini yang sudah tidak sanggup lagi
aku pendam, semalaman aku tidak bisa tidur hanya ingin membaca balasan sms dari
dia, tapi balasannya cukup singkat ‘’ya tidak apaapa, kita tetap teman’’.
Hancur rasanya membaca itu, tapi
alhamdulillah hati ini sudah lega. Biarlah aku coba melupakannya secara
perlahan, sekarang syukur alhamdulillah rasa itu semakin berkurang walaupun aku
tidak dapat melupakan dia sepenuhnya, tapi aku tidak pernah melupakan semua
kenangan bersama dia.
Terima kasih telah membuat aku
merasakan betapa bahagianya merasakan cinta pertama, meski kamu hanya sebentar
hadir dikehidupanku. Namun, terima kasih pernah menganggap aku sebagai teman
kamu atau setidaknya seseorang yang pernah kamu kenal.
kaciaaaaaan...
BalasHapus