Hai namaku Ana, besok adalah hari
pertamaku mengikuti MOS di salah satu SMA, aku memilih SMA itu bukan karena aku
suka melainkan karena ada seseorang yang aku ikuti dan juga teman-temanku
banyak yang bersekolah disana, jadi aku pikir mudah mendapatkan teman tanpa
harus beradaptasi lagi.
Kring...kring...bunyi jam beker
membangunkanku dari tidur, astagaa ini kan hari pertama MOS SMA ku, tanpa pikir
panjang aku loncat dari tempat tidur dan bergegas mandi. Ternyata aku telat dan
lupa membawa sapu lidi padahal ibuku sudah menyiapkannya sejak malam dan ayah
juga sudah ngebut tadi selama perjalanan tapi masih saja aku telat, aku pamit
dan langsung berlari kelapangan dimana semua siswa baru telah baris dan sialnya
aku menabrak seorang kakak kelas, dia menegurku dan bertanya mengapa aku tidak
membawa sapu lidi, maaf kak tadi sapunya jatuh dijalan waktu aku buru-buru,
‘’bohongku karena takut kena marah dia’’. Oh ya sudah itu ada sapu sekolah kamu
pakai saja dulu, tapi ingat nanti harus dikembalikan lagi, katanya , ya Tuhan
baik sekali ini kaka osis pikirku,, iyaiyaa makasih kak,, jawabku dan langsung
baris kebarisan paling belakang. Aku menengok kekanan dan kekiri, tapi tidak
ada seorangpun dari mereka yang aku kenal, mana teman-teman SMPku yang juga sekolah
disini, baris dimana mereka,, iiihhhhhsebelll,, kok aku sendiri gini.
Saat itu hatiku benar-benar kacau
balau memikirkan bagaimana nasibku nanti, karena dikelas itu tidak ada yang
dekat denganku, selesai pembagian kelas pembina OSIS menyuruh kami untuk
membuat kelompok yang terdiri dari 6-7 orang untuk berjalan bergantian
mengikuti MOS dimasing-masing POS yang mereka siapkan, aku kebingungan mencari
kelompok dan akhirnya aku satu kelompok dengan teman SMPku dulu tapi tetap saja
aku pusing dan aku mengikuti MOS dengan tidak maksimal, sering sekali aku
ditegur dan dihukum oleh kaka OSIS, entah karena tidak membawa foto terjelek
atau tidak mendengarkan perintahnya dengan jelas, pikiranku tak karuan.
Hari mulai sore dan tandanya kami
bisa pulang dan melanjutkan MOS besok, aku pulang tanpa senyum. Besoknya MOS
dilaksanakan dikelas masing-masing bukan kelompok lagi, kami disuruh
memperkenalkan diri satu persatu didepan kelas dan meminta tanda tangan semua
anggota OSIS juga guru pembina OSIS,, huuhh itu menyebalkan juga menyenangkan,
salah satu kaka OSIS yang ku mintai ttd memintaku untuk bergaya seperti ibu
rumah tangga yang masakannya gosong, dan aku berhasil diapun memberikan ttd
nya, sangat sulit rasanya meminta ttd mereka karena banyak sekali persyaratan
yang mereka ajukan, mulai dari bernyanyi sambil joget dangdut, munguti sampah,
dll.
Masa-masa MOS sudah terlewati
dengan rasa yang campur aduk, sekarang saatnya memulai belajar dan memilih
tempat duduk,, hari ini juga sial karena aku tak mempunyai teman satu bangku
dan akhirnya aku duduk ditbaris paling belakang itupun barisan cowok,, oh
astaga betapa malangnya.
Pelajaran pertama matematika,
ibunya rada galak dan membuat merinding jika melihat ketika dia sedang menulis
soal dipapan tulis, dia pernah kelihatan sangat membenciku ketika itu kan
ulangan pertama matematika, salah seorang teman memanggilku dan memintaku
memberikan dia jawaban, tanpa pikir panjang aku memberikan dia jawaban dan
sialnya ibu guru melihatku dan mencapku sebagai tukang contek, padahal sama
sekali aku tidak mencontek, hatiku sakit saat itu dan naasnya temanku yang aku
beri jawaban itu malah disukai guruku katanya dia itu pintar lah pokoknya
membuatku tersudut.
Semua itu terus berlanjut sampai
pembagian rapot semester1, dan aku mendapat juara 1 dikelasku, sama sekali hal
yang tak pernah aku duga. Aku bahagia sekali hari itu, aku traktir teman
sekaligus sahabatku dikelas yaitu Osa dan Ila didepot. Tampaknya ila tak
terlalu senang melihatku mendapat juara1 karena kata Osa dia selalu mendapat
juara1 semenjak SD dan baru sekarang dia mendapat juara2 dan itu gara-gara aku.
Arrgghhhh bodoh ah pikirku. Tidak selalu kan kita harus menjadi pertama.
Aku dan mereka selalu kumpul
bertiga dan semua ceritaku selalu aku ungkapkan kepada mereka berdua, merekapun
begitu, tapi yang aku sakitkan tampaknya ila tak menyukaiku karena aku merebut
posisinya. Akhirnya semenjak itu aku dan ila jarang berkomunikasi, sekarang aku
hanya berdua dengan Osa. Dengan dia aku ceritakan siapa yang aku suka sejak
dulu. Tiba-tiba ila kemblali sms dan mengajak aku curhat dan dia bertanya
mengapa tidak aku cari saja pengganti cowok yang dulu aku taksir itu dengan
salah satu cowok dikelasku, benar juga ya lalu aku asal sebut saja nama Jian. Terus
ila bilang bagus dan aku cocok dengannya, dilihat dari kepribadian kami kata
ila kamu sangat cocok.
Sejak hari itu aku mulai menyukai
Jian, aku coba sms dia menanyakan seputar sekolah dan coba mengobrol dengan dia
dikelas. Aku semakin merasa nyaman dengan Jian, padahal setauku aku sudah sejak
kelas 1SMP mengenal dia, dulu dia itu culun dan pendiam, hahaa.
Ila juga sekarang beraninya
mengomen status fb ku dengan menyebutkan inisial nama Jian. Namun, tak lama Osa
bertanya kepadaku, apakah benar aku menyukai Jian, aku mengangguk dan
sepertinya Osa tidak suka, tapi dia mencoba mendukungku.
Sampai suatu hari saat dikantor
guru, aku dan ila membereskan kertas ulangan, tiba-tiba Jian datang, aku
mencoba tersenyum tapi ila berkata ‘’na, ingat ya jangan dekati Jian lagi, kamu
tau kan teman kita Osa suka sama dia, mendingan kamu lupakan Jian’’ ,, astaga
teganya dia berkata seperti itu, sumpah aku sakit, tapi aku hanya bisa
tersenyum dan berkata iya la aku akan jauhin Jian mulai sekarang, lagian aku
juga tidak menyukainya kok tenang aja, aku berbohong saat itu.
Sampai rumah aku mengangis
sejadi-jadinya. Tak lama temanku Ida menjemputku kerumah Osa bersama-sama untuk
mengerjakan tugas kelompok, sesampai disana masih biasa saja sampai ketika Osa
dengan riangnya menunjukkan aku obrolan smsan dia dengan Jian, aku coba senyum,
tapi air mata tak sanggup lagi rasanya aku bendung, Ida yang melihatku hampir
menangis langsung mengajakku pulang, diperjalanan aku menangis sejadi-jadinya.
Ida mencoba menghiburku tapi tetap saja aku sedih.
Tidak lama, Jian dan Osa jadian
dan orang pertama yang Osa beritahu kalau dia jadian adalah aku, betapa
hancurnya hatiku membaca smsnya, apakah dia lupa aku suka sama Jian? Apa Osa
lupa dia juga aku kasih tau kalau aku menyukai Jian? Mengapa harus aku yang dia
kasih tau? Mengapa?
Aku coba tersenyum dan mendukung
jalinan kasih mereka, setiap Jian dan Osa ada masalah atau bertengkar, pasti
entah itu Jian atau Osa memintaku untuk membuat mereka bisa kembali baikan,
dengan ikhlasnya aku menjadi penyatu mereka saat mereka sedang bertengkar,
tidak butuh waktu lama mereka kembali baikan lagi dan ada kata terima kasih
yang aku dapatkan.
Mungkin Jian memang untuk Osa
bukan untukku, lebih baik aku melupak Jian dan berhenti mengharapkannya. Aku
lelah dengan semua perlakuan yang Ila dan Osa lakukan terhadapku. Mereka yang
dukung aku? Mereka yang memintaku mencari sosok lain yang dapat mengisi hatiku?
Mereka pula yang menghancurkan harapan itu disaat aku mulai menyukai Jian?
Mereka juga yang membuatku menjadi sosok bodoh yang jadi pendengar dan penyatu
saat Osa dan Jian bertengkar. Aku bukan tidak ikhlas atau rela, tapi aku hanya
tak habis pikir kenapa mereka tega membuat aku seperti ini, layaknya orang
bodoh.
Saat aku ada kesempatan mengobol
dengan Agi, ya dia cowok yang aku suka dulu sebelum aku diminta ila mencari
penggantinya. Aku senang agi tersenyum, tapi Osa datang dan mengajakku kewarnet
menemaninya mengerjakan tugas remidial yang harus dikumpulkan sore ini juga.
Aku mau menolak, tapi aku juga tidak tega dengannya, akhirnya aku meninggalkan
begitu saja kesempatan mengobrol dengan agi demi osa yang aku anggap sahabat
terbaikku.
Seharian aku membantunya
mengerjakan tugasnya yang sama sekali tidak ada hubungannya denganku, padahal
aku bisa ngobrol ketawa bersama Agi seharian ini, tapi demi Osa aku
bela-belakan menyia-nyiakan kesempatan itu.
Aku akui Osa memang baik, bahkan
sangat baik dia sama sekali tidak pelit, beda dengan ila yang menurutku sangat
perhitungan, aku mentraktir dia, tapi dia sama sekali tidak pernah mentraktirku
dengan berbagai alasan, hanya Osa yang selalu ada membantuku saat aku kesusahan
uang jajan karena, sebab itulah aku merasa sudah seharusnya aku menolong Osa
saat dia membutuhkanku.
Namun, nyatanya Osa berkali-kali
memintaku membantunya dengan berbagai tugas, padahal kalu aku hitung-hitung aku
juga sering mentraktirnya saat aku banyak uang, tapi kenapa dia begini?
Lambat laun aku sadar dan tidak
bisa lagi memahami sikap mereka terhadapku, apakah mereka sahabat? Mengapa
seperti memanfaatkan kebaikan yang tulus aku berikan? Mengapa tega
mempermainkan perasaanku? Mengapa tega menusuk dari belakang? Terus dengan
teganya juga mereka melupakan perasaanku? Lebih sakit lagi, saat mereka berdua
sudah memliki kekasih, masih saja mereka melirik cowok lain yang sama-sama
mereka ingin miliki, mereka bertengkar memperebutkan cowok itu sampai ketika
aku dibawa-bawa dalam masalah mereka.
Tiba-tiba Osa sms aku, ‘’na,
memang benar ya kata ila kamu pernah suka sama Jian?’’ hah aku kaget, ini anak
apa dia lupa sama pertanyaannya dulu ya dan apa dia lupa dulu dia mendukungku
menyukai Jian dan parahnya apa maksud Ila mengungkit masalah itu, toh sekarang
aku sudah mengikhlaskan semuanya, aku sedih dengan perbuatan mereka yang
semakin jahat ini, aku ingin segera lepas dari kedua sahabat palsuku ini.
Namun, aku tidak akan melupakan kalian karena kalian pernah menjadi teman yang
mewarnai hidupku. Terima kasih, tapi maaf rasa sakit ini belum bisa aku hapus
sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar