Selasa, 28 Januari 2014

cerita tentangku



Assalamualaikum wr. wb.
ini ceritaku dan bukan sebatas fiktif, tetapi cerita nyata yang dulu pernah aku alami.
aku hanya ingin berbagi kisahku dengan kalian.

Penantian semu

   Sudah...cepetan gih kamu sms dia, itu kata temanku yang memintaku kembali sms dia, ya dia itu cowok yang aku suka selama empat tahun lalu. Sempat mikir buat apa aku sms dia, toh mungkin dia acuhin, tapi ya tetap aja aku sms aku tanyakan bagaimana kabarnya sekarang setelah itu aku off karena takut menerima kenyataan dia pasti tak akan balas pesanku ini.
   Besoknya aku kembali oll dan ternyata dia balas pesanku, hati ini rasanya senang luar biasa. Aku sampai lompat-lompat depan kelas saking bahagianya. Namun, setelah beberapa kali sms’an, dia tidak lagi membalas pesanku, rasanya nyesak ini dada.
   Seketika aku sadar tak ada gunanya lagi aku mengharapkan dia, mengapa aku ikuti saja kemauan temanku untuk menghubunginya lagi dan kembali berharap dia menyukaiku barangkali sekedar menganggap aku teman seperti dahulu, tapi dia bukan cowok yang aku kenal dulu lagi. Sekarang dia sudah berubah menjadi sosok yang tidak aku kenal lagi yang tidak menganggap aku sebagai teman lagi dan yang mungkin sudah bosan mengenalku. Apalah itu aku sudah tidak peduli.
   Sekarang hati ini kembali merasakan sakit seperti dulu, ya ketika dia mulai cuek denganku dan menjauhiku. Mungkin dulu aku yang pertama menjauhinya, tapi aku tak benar-benar ingin jauh darinya, sikapku dulu hanya ingin menghindari celotehan teman-teman tentang kedekatan kami. Kedekatan??? Hahaa bukan dekat si mungkin hanya sebatas berteman, akunya saja yang terlalu berlebihan.
   Jujur ya dulu aku tidak ada sama sekali rasa suka bahkan cinta sama dia, GAK ADA. Semenjak mereka aja tiba-tiba rasa itu mulai tumbuh dan semakin hari semakin besar dan sekarang Cuma dia yang ada dipikiranku..argghhh aku benci dengan semua ini.
   Ingin marah, teriak sama keadaan, mengapa aku harus menyukai dia? Atau kenapa mereka tega bikin celotehan itu sehingga menyebabkan aku tidak bisa dekat lagi dengan dia seperti dulu? Apa salah aku sampai mereka setega itu? Aku tau mereka hanya bercanda tapi sadar nggak canda’an mereka nggak lucu tau dan menyebabkan hatiku terluka seperti sekarang. Luka yang sangat dalam susah untuk diobati.
   Andai celotehan itu tidak ada, mungkin aku tidak akan menyukai dia dan mungkin rasa sakit ini juga tidak akan pernah ada. Namun, terkadang aku sadar inikah yang disebut dengan takdir?mungkin.
   Sedari dulu aku ingin jujur sama dia dan mengatakan aku menyukainya, tapi takut ini terlalu kuat dan membuatku tidak pernah mengatakan semua rasa ini. Aku takut dia menolakku, aku takut dia semakin menjauh dariku, aku takut dia tidak membalas sms aku lagi. AKU TAKUT.
   Kami memang tidak pernah bertegur sapa disekolah, tapi paling tidak aku masih bisa sms’an dengannya, itu sudah cukup, sekedar melepas rasa gundah ini. Aku senang bisa sms’an dengan dia entah apa yang kami bicarakan, bahkan walaupun terkadang hanya membahas seputar pelajaran sekolah. ITU SUDAH CUKUP.
   Mungkin baginya aku hanya teman, tapi bagiku dia bukan sebatas teman tapi penyemangatku untuk terus belajar dan berprestasi disekolah, aku ingin membuat dia bangga terhadapku. Namun, apa yang aku lakukan sepertinya percuma dimata dia. Bahkan kata ‘’selamat’ pun tidak pernah aku dengar dari mulut dia untukku, sedih rasanya.
   Padahal setiap dia melakukan sesuatu dan setiap dia dapat juara, aku pasti mengucapkan selamat dan aku sangat bangga kepadanya. Meski hanya ucapan terima kasih yang aku dapatkan, itu sudah lebih dari sekedar kata cukup. Aku terlalu bangga dan terlalu menyukainya, meski aku tau dia tidak pernah menyukaiku.
   Hari itu, ya hari ketika dia mengikuti lomba dan bukan keberuntungannya dia hanya dua besar, itu yang aku dengar dari temanku, haha. Aku berkata sudah sewajarnya dia kalah dan sebagianya meski aku tau kata-kata itu tidak setulusnya keluar dari hatiku, sejujurnya aku sangat bangga dengannya. Aku bangga temanku yang dulu pendiam sekarang jadi aktif mengikuti berbagai lomba. Selamat ya.
   Prestasinya semakin banyak, aku makin bangga dengan dia, sampai ketika dia terjatuh dan terluka. Aku kaget dan merasa sedih, berharap luka itu cepat sembuh. Ketika aku lihat dia bersama teman-temannya, mereka bercanda. Aku merasa lega mungkin luka itu akan segera sembuh.
   Sampai ketika aku dengar dari temanku kalau dia menyukai salah satu cewek dikelas sebelah. Hati ini hancur sakiiit rasanya. Mereka memang dekat bahkan sangat dekat, dia yang aku tau dulu tidak pernah keluar malam sekarang selalu keluar malam kerumah cewek itu. Kata teman-temanku dia ‘apel’ kerumah cewek itu setiap malam minggu, astagfirullah rasanya remu ini hati. Mengapa dia berubah secepat itu? Mengapa sekarang dia menjauhiku?
   Aku sadar aku yang duluan menjauhinya dan cuek dengannya, tapi aku ingin sekali kembali dekat dengannya, atau sekedar berbalas senyum dengan dia. ITU SAJA.
   Semakin lama dia semakin cuek dan mungkin melupakanku, bahkan melihatku saja dia tidak pernah. Padahal aku selalu mencoba memperhatikannya dari kejauhan. Saat aku terkena masalah, dia sama sekali tidak peduli bahkan dia tinggal pulang begitu saja. Menatapku saja dia tidak mau, apakah aku sehina itu dihadapannya?
   Aku tau aku salah, tapi dalam masalah itu tak sepenuhnya salahku. Aku hanya salah ketika aku tidak menegur dia, ketika aku acuhkan sapa’an dia, jujur saat itu adalah hal terbodoh yang aku lakukan. Sudah berapa lama aku harapkan sapa’an itu tapi saat itu tiba hanya aku abaikan begitu saja. Apakah kamu marah karena itu? Apakah kamu kecewa? Aku minta maaf kalau memang begitu. Sungguh aku tidak bermaksud begitu, aku senang aku menyapaku setelah sekian lama kamu cueki aku, tapi aku terlalu takut jika sapa’an itu tidak tertuju kepadaku jadi tak aku hiraukan. Namun, aku minta maaf sudah membuatmu kecewa.
   Sejak hari itu sikapmu semakin berubah, semakin menjauhiku. Tahukah kamu aku sedih, menyesal dan terpuruk. Aku coba minta maaf tapi kamu bilang tidak ada yang salah. Namun, sikap kamu itu menunjukkan aku salah. Aku minta maaf, sungguh aku minta maaf.
   Kamu semakin berubah, semakin sering keluar dengan teman-temanmu dan semakin mempunyai banyak teman cewek. Aku sakit hati, tapi aku sadar aku bukan siapa-siapa bahkan temanmu pun bukan. Aku hanya seseorang yang dulu mungkin sempat kamu kenal.
   Kamu dekat dengan salah satu teman sekelasmu, dia cantik jauh dariku. Mungkin kamu lebih pantas bersamanya, aku coba lupakan kamu, tapi aku tidak bisa.
   Suatu saat itu aku coba ungkapkan rasa ini ya kalau aku menyukaimu dan aku sudah tidak peduli apa jawabanmu.
   Aku mulai mengungkapkan semuanya, rasa yang ada dihati yang telah lama aku pendam. Namun, balasanmu singkat ‘iya, ga papa’’. Seketika aku mulai lemas dan lunglai membacanya, semakin terpuruk rasanya tapi ya memang harus aku terima karena itulah kenyataannya. HARUS DITERIMA.
   Seharusnya dari dulu aku sadar kalau kamu tidak mungkin membalas cintaku dan semestinya aku tidak boleh menyukaimu dan mengharapkanmu saja aku tidak boleh. Mungkin aku yang terlalu bodoh salah mengartikan kebaikanmu dulu, aku yang salah.MAAF.
   Andai aku tau akan begini tidak mungkin aku menyukaimu terlalu sangat dalam. Harusnya dari dulu aku kubur rasa ini. Semua sudah terlambat untuk aku sesali karena rasa ini sudah terlalu dalam untukmu. Aku menyukaimu dengan setulus hatiku, tapi sebesar apapun rasa sukaku ini, kamu tidak akan pernah mencoba memahaminya bahkan sekedar ingin mengetahuinya saja kamu tidak akan.
   Begitu bodohnya aku mengharapkanmu, tapi aku sama sekali tidak menyesal pernah mengenalmu, sempat berteman denganmu dan tertawa bersamamu walau hanya sebentar, tapi apakah kamu tau aku tidak pernah melupakan semua tentangmu. Aku selalu ingat ketika pertama kali kita ngobrol, pertama kali kamu menyakan mengapa aku minta no hp kamu, dan jujur aku masih ingat saat kamu bilang aku ini teman kamu. MAKASIH.
   Sekarang rasa ini masih ada, tapi tidak sebesar dulu. Aku masih menyukaimu tapi tidak sedalam dulu. Tidak seperti dulu, karena aku sadar sebagaimanapun aku menyukaimu, kamu tidak akan pernah membalasnya bahkan berpikir untuk membalasnya saja kamu tidak mungkin.
   Tapi satu yang aku ingin kamu tau, aku bersyukur pernah mengenalmu dan terima kasih pernah menganggap aku sebagai temanmu. Sekali lagi TERIMA KASIH.
   Mungkin cukup disini, wassalamualaikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar