Sabtu, 05 April 2014

Cinta sebelah pihak

Nama aku runi, saat ini usiaku 14tahun sekarang aku siswi  SMP yang sebentar lagi menjadi siswi SMA. Aku anak yang lumayan pemalu dan pendiam, sampai ketika aku mngenal Safir, ya dia adalah temanku. Aku kenal safir sebenarnya sejak pembagian kelas baru, karena kebetulan absen dia dibawah namaku jadi aku ingin mengetahui yang mana manusia bernama Safir itu, dulu aku menyebut dia sihitam manis dan cowok jutek, tapi sejak aturan baru oleh wali kelas yang mengharuskan murid berubah tempat duduk itu lah aku lebih mengenalnya, saat itu aku menangis karena aku tidak biasa duduk dibelakang, tapi teman-teman malah mengejekku dan dia juga ikut tersenyum saai itu, sejak itu aku mulai membenci dia.
Namun, dia jadi sering menanyakan seputar pelajaran denganku, aku menjawabnya dan semenjak itu kami jadi akrab sering bercerita bersama ketika istirahat, aku juga sering sms dia dan lebih anehnya aku mulai menyukainya dengan semua sikap baiknya itu.
Rasa ini semakin hari makin besar dan kuat, aku sulit menghapusnya. Tibalah saat teman-temanku mengetahui aku sering sms dia mereka mulai memberitahukan kepada teman-teman lain padahal aku heran darimana mereka tau aku sering sms dia. Ternyata dari teman cowok itu. Dasar jahat.
Sejak itu aku mulai menjauhinya, aku malu jika mereka menggodaku. Sungguh aku tidak ingin menjauhinya tapi mau bagaimana lagi aku bingung harus bagaimana. Aku sedih dia tidak menegurku lagi, dia malah menyapa teman sebangku aku terus, menanyakan dapat nilai berapalah, dan macammacam dah, sedangkan aku tidak pernah dihirau lagi, walau dia masih balas sms dariku.
Aku benci teman-teman yang membuatku menjauhinya, aku benci semuanya, aku kangen saat dia bercerita, aku kangen saat belajar bersama dan aku kangen saat dia jahil melempariku dengan patahan lidi-lidi itu, AKU KANGEN DIA. Semuanya tentangnya.
Semakin hari dia dan aku semakin jauh, bahkan bisa disebut tidak saling kenal lagi. Aku memendam rasa ini selama lebih dari 4 tahun, selama itu pula aku harus menerima kenyataan dia tidak pernah menyukaiku. Pernah aku coba mengungkapkan rasa ini walau Cuma lewat sms, panjang lebar aku tulis semua tentang rasa ini yang sudah tidak sanggup lagi aku pendam, semalaman aku tidak bisa tidur hanya ingin membaca balasan sms dari dia, tapi balasannya cukup singkat ‘’ya tidak apaapa, kita tetap teman’’.
Hancur rasanya membaca itu, tapi alhamdulillah hati ini sudah lega. Biarlah aku coba melupakannya secara perlahan, sekarang syukur alhamdulillah rasa itu semakin berkurang walaupun aku tidak dapat melupakan dia sepenuhnya, tapi aku tidak pernah melupakan semua kenangan bersama dia.
Terima kasih telah membuat aku merasakan betapa bahagianya merasakan cinta pertama, meski kamu hanya sebentar hadir dikehidupanku. Namun, terima kasih pernah menganggap aku sebagai teman kamu atau setidaknya seseorang yang pernah kamu kenal.

1 komentar: