Sabtu, 05 April 2014

sahabat palsu

Hai namaku Ana, besok adalah hari pertamaku mengikuti MOS di salah satu SMA, aku memilih SMA itu bukan karena aku suka melainkan karena ada seseorang yang aku ikuti dan juga teman-temanku banyak yang bersekolah disana, jadi aku pikir mudah mendapatkan teman tanpa harus beradaptasi lagi.
Kring...kring...bunyi jam beker membangunkanku dari tidur, astagaa ini kan hari pertama MOS SMA ku, tanpa pikir panjang aku loncat dari tempat tidur dan bergegas mandi. Ternyata aku telat dan lupa membawa sapu lidi padahal ibuku sudah menyiapkannya sejak malam dan ayah juga sudah ngebut tadi selama perjalanan tapi masih saja aku telat, aku pamit dan langsung berlari kelapangan dimana semua siswa baru telah baris dan sialnya aku menabrak seorang kakak kelas, dia menegurku dan bertanya mengapa aku tidak membawa sapu lidi, maaf kak tadi sapunya jatuh dijalan waktu aku buru-buru, ‘’bohongku karena takut kena marah dia’’. Oh ya sudah itu ada sapu sekolah kamu pakai saja dulu, tapi ingat nanti harus dikembalikan lagi, katanya , ya Tuhan baik sekali ini kaka osis pikirku,, iyaiyaa makasih kak,, jawabku dan langsung baris kebarisan paling belakang. Aku menengok kekanan dan kekiri, tapi tidak ada seorangpun dari mereka yang aku kenal, mana teman-teman SMPku yang juga sekolah disini, baris dimana mereka,, iiihhhhhsebelll,, kok aku sendiri gini.
Pidato berjalan lama, dan tiba akhirnya pembagian kelas, masing-masing nama dipanggil sesuai dengan kelas yang nanti mereka akan tempati, ternyata aku tidak sekelas dengan teman-teman dekatku waktu diSMP dulu, tapi ada si teman yang kukenal namanya fadil tapi dia itu anaknya menyebalkan.uuuhhhhh
Saat itu hatiku benar-benar kacau balau memikirkan bagaimana nasibku nanti, karena dikelas itu tidak ada yang dekat denganku, selesai pembagian kelas pembina OSIS menyuruh kami untuk membuat kelompok yang terdiri dari 6-7 orang untuk berjalan bergantian mengikuti MOS dimasing-masing POS yang mereka siapkan, aku kebingungan mencari kelompok dan akhirnya aku satu kelompok dengan teman SMPku dulu tapi tetap saja aku pusing dan aku mengikuti MOS dengan tidak maksimal, sering sekali aku ditegur dan dihukum oleh kaka OSIS, entah karena tidak membawa foto terjelek atau tidak mendengarkan perintahnya dengan jelas, pikiranku tak karuan.
Hari mulai sore dan tandanya kami bisa pulang dan melanjutkan MOS besok, aku pulang tanpa senyum. Besoknya MOS dilaksanakan dikelas masing-masing bukan kelompok lagi, kami disuruh memperkenalkan diri satu persatu didepan kelas dan meminta tanda tangan semua anggota OSIS juga guru pembina OSIS,, huuhh itu menyebalkan juga menyenangkan, salah satu kaka OSIS yang ku mintai ttd memintaku untuk bergaya seperti ibu rumah tangga yang masakannya gosong, dan aku berhasil diapun memberikan ttd nya, sangat sulit rasanya meminta ttd mereka karena banyak sekali persyaratan yang mereka ajukan, mulai dari bernyanyi sambil joget dangdut, munguti sampah, dll.
Masa-masa MOS sudah terlewati dengan rasa yang campur aduk, sekarang saatnya memulai belajar dan memilih tempat duduk,, hari ini juga sial karena aku tak mempunyai teman satu bangku dan akhirnya aku duduk ditbaris paling belakang itupun barisan cowok,, oh astaga betapa malangnya.
Pelajaran pertama matematika, ibunya rada galak dan membuat merinding jika melihat ketika dia sedang menulis soal dipapan tulis, dia pernah kelihatan sangat membenciku ketika itu kan ulangan pertama matematika, salah seorang teman memanggilku dan memintaku memberikan dia jawaban, tanpa pikir panjang aku memberikan dia jawaban dan sialnya ibu guru melihatku dan mencapku sebagai tukang contek, padahal sama sekali aku tidak mencontek, hatiku sakit saat itu dan naasnya temanku yang aku beri jawaban itu malah disukai guruku katanya dia itu pintar lah pokoknya membuatku tersudut.
Semua itu terus berlanjut sampai pembagian rapot semester1, dan aku mendapat juara 1 dikelasku, sama sekali hal yang tak pernah aku duga. Aku bahagia sekali hari itu, aku traktir teman sekaligus sahabatku dikelas yaitu Osa dan Ila didepot. Tampaknya ila tak terlalu senang melihatku mendapat juara1 karena kata Osa dia selalu mendapat juara1 semenjak SD dan baru sekarang dia mendapat juara2 dan itu gara-gara aku. Arrgghhhh bodoh ah pikirku. Tidak selalu kan kita harus menjadi pertama.
Aku dan mereka selalu kumpul bertiga dan semua ceritaku selalu aku ungkapkan kepada mereka berdua, merekapun begitu, tapi yang aku sakitkan tampaknya ila tak menyukaiku karena aku merebut posisinya. Akhirnya semenjak itu aku dan ila jarang berkomunikasi, sekarang aku hanya berdua dengan Osa. Dengan dia aku ceritakan siapa yang aku suka sejak dulu. Tiba-tiba ila kemblali sms dan mengajak aku curhat dan dia bertanya mengapa tidak aku cari saja pengganti cowok yang dulu aku taksir itu dengan salah satu cowok dikelasku, benar juga ya lalu aku asal sebut saja nama Jian. Terus ila bilang bagus dan aku cocok dengannya, dilihat dari kepribadian kami kata ila kamu sangat cocok.
Sejak hari itu aku mulai menyukai Jian, aku coba sms dia menanyakan seputar sekolah dan coba mengobrol dengan dia dikelas. Aku semakin merasa nyaman dengan Jian, padahal setauku aku sudah sejak kelas 1SMP mengenal dia, dulu dia itu culun dan pendiam, hahaa.
Ila juga sekarang beraninya mengomen status fb ku dengan menyebutkan inisial nama Jian. Namun, tak lama Osa bertanya kepadaku, apakah benar aku menyukai Jian, aku mengangguk dan sepertinya Osa tidak suka, tapi dia mencoba mendukungku.
Sampai suatu hari saat dikantor guru, aku dan ila membereskan kertas ulangan, tiba-tiba Jian datang, aku mencoba tersenyum tapi ila berkata ‘’na, ingat ya jangan dekati Jian lagi, kamu tau kan teman kita Osa suka sama dia, mendingan kamu lupakan Jian’’ ,, astaga teganya dia berkata seperti itu, sumpah aku sakit, tapi aku hanya bisa tersenyum dan berkata iya la aku akan jauhin Jian mulai sekarang, lagian aku juga tidak menyukainya kok tenang aja, aku berbohong saat itu.
Sampai rumah aku mengangis sejadi-jadinya. Tak lama temanku Ida menjemputku kerumah Osa bersama-sama untuk mengerjakan tugas kelompok, sesampai disana masih biasa saja sampai ketika Osa dengan riangnya menunjukkan aku obrolan smsan dia dengan Jian, aku coba senyum, tapi air mata tak sanggup lagi rasanya aku bendung, Ida yang melihatku hampir menangis langsung mengajakku pulang, diperjalanan aku menangis sejadi-jadinya. Ida mencoba menghiburku tapi tetap saja aku sedih.
Tidak lama, Jian dan Osa jadian dan orang pertama yang Osa beritahu kalau dia jadian adalah aku, betapa hancurnya hatiku membaca smsnya, apakah dia lupa aku suka sama Jian? Apa Osa lupa dia juga aku kasih tau kalau aku menyukai Jian? Mengapa harus aku yang dia kasih tau? Mengapa?
Aku coba tersenyum dan mendukung jalinan kasih mereka, setiap Jian dan Osa ada masalah atau bertengkar, pasti entah itu Jian atau Osa memintaku untuk membuat mereka bisa kembali baikan, dengan ikhlasnya aku menjadi penyatu mereka saat mereka sedang bertengkar, tidak butuh waktu lama mereka kembali baikan lagi dan ada kata terima kasih yang aku dapatkan.
Mungkin Jian memang untuk Osa bukan untukku, lebih baik aku melupak Jian dan berhenti mengharapkannya. Aku lelah dengan semua perlakuan yang Ila dan Osa lakukan terhadapku. Mereka yang dukung aku? Mereka yang memintaku mencari sosok lain yang dapat mengisi hatiku? Mereka pula yang menghancurkan harapan itu disaat aku mulai menyukai Jian? Mereka juga yang membuatku menjadi sosok bodoh yang jadi pendengar dan penyatu saat Osa dan Jian bertengkar. Aku bukan tidak ikhlas atau rela, tapi aku hanya tak habis pikir kenapa mereka tega membuat aku seperti ini, layaknya orang bodoh.
Saat aku ada kesempatan mengobol dengan Agi, ya dia cowok yang aku suka dulu sebelum aku diminta ila mencari penggantinya. Aku senang agi tersenyum, tapi Osa datang dan mengajakku kewarnet menemaninya mengerjakan tugas remidial yang harus dikumpulkan sore ini juga. Aku mau menolak, tapi aku juga tidak tega dengannya, akhirnya aku meninggalkan begitu saja kesempatan mengobrol dengan agi demi osa yang aku anggap sahabat terbaikku.
Seharian aku membantunya mengerjakan tugasnya yang sama sekali tidak ada hubungannya denganku, padahal aku bisa ngobrol ketawa bersama Agi seharian ini, tapi demi Osa aku bela-belakan menyia-nyiakan kesempatan itu.
Aku akui Osa memang baik, bahkan sangat baik dia sama sekali tidak pelit, beda dengan ila yang menurutku sangat perhitungan, aku mentraktir dia, tapi dia sama sekali tidak pernah mentraktirku dengan berbagai alasan, hanya Osa yang selalu ada membantuku saat aku kesusahan uang jajan karena, sebab itulah aku merasa sudah seharusnya aku menolong Osa saat dia membutuhkanku.
Namun, nyatanya Osa berkali-kali memintaku membantunya dengan berbagai tugas, padahal kalu aku hitung-hitung aku juga sering mentraktirnya saat aku banyak uang, tapi kenapa dia begini?
Lambat laun aku sadar dan tidak bisa lagi memahami sikap mereka terhadapku, apakah mereka sahabat? Mengapa seperti memanfaatkan kebaikan yang tulus aku berikan? Mengapa tega mempermainkan perasaanku? Mengapa tega menusuk dari belakang? Terus dengan teganya juga mereka melupakan perasaanku? Lebih sakit lagi, saat mereka berdua sudah memliki kekasih, masih saja mereka melirik cowok lain yang sama-sama mereka ingin miliki, mereka bertengkar memperebutkan cowok itu sampai ketika aku dibawa-bawa dalam masalah mereka.
Tiba-tiba Osa sms aku, ‘’na, memang benar ya kata ila kamu pernah suka sama Jian?’’ hah aku kaget, ini anak apa dia lupa sama pertanyaannya dulu ya dan apa dia lupa dulu dia mendukungku menyukai Jian dan parahnya apa maksud Ila mengungkit masalah itu, toh sekarang aku sudah mengikhlaskan semuanya, aku sedih dengan perbuatan mereka yang semakin jahat ini, aku ingin segera lepas dari kedua sahabat palsuku ini. Namun, aku tidak akan melupakan kalian karena kalian pernah menjadi teman yang mewarnai hidupku. Terima kasih, tapi maaf rasa sakit ini belum bisa aku hapus sampai sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar